Selasa, 12 Januari 2010

Nabi Palsu Muncul di Kota Makassar Salat Dua Kali, Kitab Suci Berbahasa Lokal





SEMBAHYANG: Parurung Daeng Tawu mempraktikkan cara menyembah Allah menggunakan bahasa Makassar
sesuai dengan petunjuk yang diterima. Kemarin, Parurung ”disidang” oleh tokoh Agama Islam dan tokoh masyarakat
di Masjid Bani Adam, Rappocini.(tawakkal/fajar/jpnn)
MAKASSAR – Nabi palsu muncul di Makssar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Namanya Parurung Daeng Tawu. Dia berada di kalangan masyarakat Kelurahan Rappocini, Kecamatan Rappocini, Makassar.

Meski menolak disebut nabi, Parurung mengaku mendapat petunjuk langsung dari Allah untuk menyebarkan agama dan keyakinan baru.

”Saya hanya pesuruh Allah. Saya tidak punya derajat apa-apa. Amanah yang disampaikan kepada saya harus diteruskan kepada umat manusia sesuai dengan suruhan dari Allah,” ujar lelaki berusia 30 tahun tersebut.

Pengakuan itu meresahkan warga. Di puncak keresahan, warga pun menghadirkan Parurung untuk dihadapkan langsung kepada Ketua Majelis Ulama Kota Makasar KH Muhammad Ahmad, wakil Departemen Agama Kota Makassar, tokoh agama, dan tokoh masyarakat setempat, Minggu, 3 Desember kemarin. Pertemuan diadakan di Masjid Bani Adam, Rappocini.

Di hadapan para tokoh agama dan masyarakat, Parurung menjelaskan bahwa perintah tersebut berupa siar bahwa masa kerasulan Nabi Muhammad SAW telah berakhir pada tahun 2000. ”Bukan cuma Muhammad, tapi semua nabi dan rasul yang telah diutus Allah sudah berakhir masanya. Saya disuruh menyampaikan ini,” kata dia.

Dengan berakhirnya masa kerasulan dan kenabian itu, lanjut Parurung, yang ada hanya perintah untuk mengingat Adam. Alasannya, Adam adalah nenek moyang semua manusia di dunia.

Semua umat beragama diharapkan bersatu dan memiliki kasih sayang dengan mengingat Adam. Hal itulah yang disebut Parurung sebagai tujuan utama dirinya disuruh melakukan siar.

Parurung juga mengaku telah menerima perintah untuk mengubah syahadat tanpa menyertakan penyebutan Nabi Muhammad sebagai utusan Allah. Selain itu, cara penyembahan dilakukan dua kali dalam sehari semalam dengan bentuk duduk bersimpuh, lalu sujud selama tiga kali.

Parurung memraktikkan cara menyembahnya itu. ”Dalam penyembahan itu, kita tidak memakai bahasa Arab, tapi menggunakan bahasa Makassar sesuai dengan petunjuk yang saya terima,” ujarnya.

Lebih jauh, dia mengatakan, semua orang akan bisa melihat wujud Allah hanya dengan membaca salah satu doa. Doa yang dibaca adalah Surat Al-Fatihah yang terpotong dan disambung dengan ucapan takbir.

Terakhir, Parurung mendapatkan tugas untuk menyiarkan agama baru yang disebut Agama Allah yang memiliki kitab tulisan aksara lontar asli bahasa Makassar. ”Perintah itu saya terima 2000, di pertengahan ibadah haji,’’ tambahnya.

Setelah menerima perintah itu, ayah lima anak itu menyatakan tidak lagi berstatus Agama Islam. ”Namun, saya tidak pungkiri agama Islam. Saya hanya percaya bahwa saya mendapatkan perintah tentang agama baru sehingga itu yang saya harus laksanakan,” ujarnya.

Selama meyakini ajaran itu, Parurung mengaku melakukan perjalanan. Beberapa kabupaten yang dilalui adalah Sinjai, Palopo, Gowa, dan Takalar. Meski demikian, Parurung menyatakan masih mengkaji ajaran tersebut. ”Saya belum punya pengikut resmi. Untuk sementara, ajaran itu masih untuk pribadi saya dan kalau mendapat restu pemerintah akan saya ajarankan,” jelas Parurung.

Ketua MUI Makassar KH Muhammad Ahmad mengatakan, bukan baru kali itu hal seperti itu terjadi. ”Ini biasanya diperankan oleh setan yang mengumbar bisikan kepada manusia untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan agama. Jika itu ternyata sejalan dengan ajaran Islam, yah kita ambil. Tapi kalau bertentangan, pasti kita tolak,” ujar Ahmad.

Menurut Ahmad, ada-ada saja orang yang mendapatkan bisikan gaib yang mengaku berasal dari Allah. Hal itu berupa agama, keyakinan, pengobatan, maupun petunjuk lain. Padahal, sambung Ahmad, Allah SWT tidak bisa dilihat dengan mata, didengar telinga, dan tidak bisa digambarkan.

Menurut dia, Parurung akan didekati secara persuasif agar segera meninggalkan keyakinan tersebut. Bahkan, untuk tujuan itu, bersama dengan MUI dan Depag akan mengundang khusus yang bersangkutan. Kemudian segera diputuskan sesat tidaknya keyakinan yang dipegangannya. (rah/jpnn/ruk)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar